Setiap hari kita minum air dari botol plastik. Beberapa orang bahkan mengisi ulang botol air mineral berkali-kali karena dianggap praktis dan ekonomis. Tapi, tahukah kamu bahwa kebiasaan sederhana ini bisa jadi mengundang bahaya tersembunyi? Di balik plastik yang sering kita gunakan, ada satu zat kimia yang perlu diwaspadai: Bisphenol A, atau yang lebih dikenal dengan singkatan BPA.
Apa Itu BPA
Bisphenol A (BPA) merupakan salah satu bahan kimia sintetis yang paling banyak diproduksi di dunia, dengan lebih dari enam miliar pon diproduksi setiap tahunnya1. BPA adalah senyawa kimia sintetis yang biasa digunakan dalam pembuatan plastik jenis polikarbonat, seperti botol air, wadah makanan, dan pelapis dalam kaleng. Plastik ini banyak dipakai dalam berbagai produk sehari-hari, seperti kemasan makanan dan minuman, alat medis, struk belanja (kertas thermal), bahan tambalan gigi, mainan anak, pipa air, lensa kacamata, perlengkapan olahraga, hingga perangkat elektronik rumah tangga2. Karena penggunaan yang sangat luas, potensi paparan BPA dalam kehidupan sehari-hari menjadi sangat tinggi1.
Bagaimana BPA bisa masuk ke dalam tubuh manusia?
BPA bisa lepas dari produk-produk tersebut dan mencemari makanan, minuman, udara, hingga tanah, sehingga berpotensi masuk ke dalam tubuh manusia. BPA biasanya berbentuk kristal tak berwarna atau bubuk halus, dan dapat dilepaskan dari produk plastik ke dalam makanan atau minuman, terutama saat terkena panas atau zat bersifat asam maupun basa2.
Pelepasan BPA akan meningkat secara signifikan saat makanan dipanaskan dalam wadah plastik atau botol yang mengandung BPA. Selain itu, paparan terhadap zat asam, basa, garam dalam konsentrasi tinggi (seperti natrium klorida), atau minyak nabati juga dapat mempercepat pelepasan BPA dari bahan plastik ke dalam makanan atau minuman. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi penyimpanan dan penggunaan plastik sangat memengaruhi seberapa besar BPA yang masuk ke tubuh kita2.

Gambar 1. Mekanisme BPA bisa masuk kedalam tubuh manusia.
BPA dapat menembus penghalang plasenta, sehingga bisa masuk ke dalam darah ibu hamil, bahkan janin itu sendiri. Selain melalui makanan dan minuman, BPA juga bisa masuk ke tubuh lewat hirupan udara atau kontak langsung dengan kulit. Salah satu contohnya adalah kertas struk belanja (thermal paper) yang dapat melepaskan BPA saat disentuh, terutama oleh kasir yang sering bersentuhan langsung dengan struk. Penelitian menunjukkan bahwa kadar BPA dalam darah dan urin kasir jauh lebih tinggi dibandingkan populasi umum3. Selain itu, BPA juga bisa mencemari lingkungan melalui limbah rumah tangga, pembakaran sampah, serta penguraian plastik yang terbuang ke alam2.
Dampak BPA Bagi Kesehatan
Penelitian menunjukkan bahwa BPA berperan dalam perkembangan berbagai gangguan hormon (endokrin). Beberapa kondisi yang berkaitan dengan paparan BPA antara lain adalah infertilitas (ketidaksuburan) pada pria maupun wanita, pubertas dini, serta tumor seperti kanker payudara dan kanker prostat. Selain itu, BPA juga terkait dengan berbagai gangguan metabolisme, salah satunya sindrom ovarium polikistik (PCOS), yang merupakan masalah hormon umum pada perempuan usia subur4. Berikut adalah bahaya BPA yang sudah kami rangkum:
Infertilitas
Kadar BPA dalam urin yang tinggi telah berkaitan dengan penurunan jumlah sperma, serta menurunnya kemampuan sperma untuk bergerak dan bertahan hidup. Artinya, paparan BPA bisa berdampak langsung pada kualitas sperma pria. Pada wanita maupun pria, efek merusak BPA terhadap kesuburan disebabkan oleh aktivitas BPA yang mirip hormon estrogen. BPA dapat memengaruhi hipotalamus, bagian otak yang mengatur hormon reproduksi. Akibatnya, terjadi gangguan pada kerja hormon GnRH (Gonadotropin-releasing hormone), yang penting untuk siklus kesuburan normal5.
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) merupakan gangguan hormonal penyebab infertilitas yang cukup kompleks penyebabnya. Salah satu mekanisme yang diduga menjadi pengaruh BPA dalam perkembangan PCOS adalah melalui aktivasi pusat pengatur denyut hormon GnRH di otak. Aktivasi ini menyebabkan peningkatan kadar hormon LH secara terus-menerus dalam darah, yang kemudian merangsang produksi hormon androgen di ovarium dan mengganggu perkembangan normal folikel ovarium. Selain itu, BPA juga terbukti langsung meningkatkan produksi hormon androgen di ovarium, yang memperparah ketidakseimbangan hormon dan gejala PCOS6.
Pubertas Dini
Hasil percobaan pada hewan menunjukkan bahwa paparan BPA juga bisa menyebabkan pubertas dini. Dalam sebuah studi, tikus betina yang terpapar BPA sejak dalam kandungan dengan dosis 2 mg per kilogram berat badan per hari mengalami pubertas lebih cepat dibandingkan kelompok kontrol. Mekanisme utama dari efek ini diduga berasal dari sifat estrogenik lemah BPA, yang dapat mengganggu sistem hormonal. BPA merangsang aktivitas GnRH di otak melalui mekanisme umpan balik positif, yang kemudian memicu peningkatan pelepasan hormon LH dan FSH dari kelenjar pituitari—dua hormon penting dalam proses pubertas5.
Kanker
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa BPA berpotensi berperan dalam perkembangan kanker payudara. Studi laboratorium (in vitro) menemukan bahwa paparan BPA pada sel kanker payudara manusia dapat meningkatkan pertumbuhan sel kanker dan menyebabkan stres oksidatif. Hasil serupa juga terlihat pada sel kanker payudara, di mana kadar BPA yang rendah pun mampu meningkatkan perkembangan sel kanker. Pada wanita menopause, kadar BPA yang tinggi dalam darah juga berkaitan peningkatankepadatan jaringan payudara pada hasil mammografi, yang merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara. Bahkan, paparan BPA di tempat kerja juga diduga meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara5.
Tak hanya itu, BPA juga diduga berperan dalam perkembangan kanker prostat. Pada pria yang mengidap kanker prostat, ditemukan bahwa kadar BPA dalam urin mereka lebih tinggi dibandingkan dengan pria sehat. Studi laboratorium juga memperlihatkan bahwa BPA dapat merangsang pertumbuhan sel kanker prostat. Pada percobaan hewan, tikus jantan yang diberi BPA menunjukkan peningkatan berat prostat dan epididimis, dan paparan BPA sejak dalam kandungan menyebabkan pembesaran prostat pada anak jantan5.
Obesitas dan Gangguan Metabolisme
BPA juga terbukti berpengaruh terhadap obesitas yang merupakan salah satu gangguan metabolik utama. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa paparan BPA sejak dalam kandungan dapat meningkatkan risiko obesitas, gangguan toleransi glukosa, serta masalah metabolisme lemak. Dalam salah satu studi, tikus yang diberi paparan BPA sebanyak 10 mg per kilogram berat badan per hari menunjukkan peningkatan kadar trigliserida dalam darah dan kenaikan berat badan saat memasuki usia empat bulan, jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar BPA. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa BPA dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh, bahkan sejak fase perkembangan awal dalam kandungan5.
Bagaimana Menghindarinya?
Kabar baiknya, kita bisa mengurangi paparan BPA dengan langkah sederhana:
- Gunakan wadah dari kaca, stainless steel, atau plastik BPA-free
- Hindari menyimpan atau memanaskan makanan dalam plastik biasa
- Jangan pakai ulang botol plastik sekali pakai
- Simpan makanan di tempat sejuk dan kering
- Kurangi kontak dengan struk belanja, terutama setelah mencuci tangan
Periksa juga kode daur ulang di bawah wadah plastik. Hindari yang berlabel kode 7 (other), karena sering kali mengandung BPA. Pilihlah yang berlabel 1, 2, 4 atau 5, yang relatif lebih aman.
Bukan berarti kita harus takut pada semua jenis plastik. Yang penting adalah tahu risikonya dan menggunakan plastik dengan bijak.
Plastik telah mempermudah hidup kita, tapi ada harga yang tak kasat mata jika kita menggunakannya tanpa sadar. Ingatlah, kesehatan jangka panjang dimulai dari kebiasaan kecil hari ini.
“Bukan plastiknya yang salah, tapi bagaimana cara kita menggunakannya.”
Referensi
- 1.Vandenberg LN, Hauser R, Marcus M, Olea N, Welshons WV. Human exposure to bisphenol A (BPA). Reproductive Toxicology. Published online August 2007:139-177. doi:10.1016/j.reprotox.2007.07.010
- 2.Cimmino I, Fiory F, Perruolo G, et al. Potential Mechanisms of Bisphenol A (BPA) Contributing to Human Disease. IJMS. Published online August 11, 2020:5761. doi:10.3390/ijms21165761
- 3.Ndaw S, Remy A, Jargot D, Robert A. Occupational exposure of cashiers to Bisphenol A via thermal paper: urinary biomonitoring study. Int Arch Occup Environ Health. Published online April 28, 2016:935-946. doi:10.1007/s00420-016-1132-8
- 4.Diamanti-Kandarakis E, Bourguignon JP, Giudice LC, et al. Endocrine-Disrupting Chemicals: An Endocrine Society Scientific Statement. Endocrine Reviews. Published online June 1, 2009:293-342. doi:10.1210/er.2009-0002
- 5.Konieczna A, Rutkowska A, Rachoń D. Health risk of exposure to Bisphenol A (BPA). Rocz Panstw Zakl Hig. 2015;66(1):5-11. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25813067